A.SEJARAH AWAL
Desain Grafis adalah suatu bentuk komunikasi visual
yang menggunakan gambar untuk menyampaikan informasi atau pesan seefektif
mungkin. Dalam disain grafis, teks juga dianggap gambar karena merupakan hasil
abstraksi simbol-simbol yang bisa dibunyikan. disain grafis diterapkan dalam
disain komunikasi dan fine art. Seperti jenis disain lainnya, disain grafis
dapat merujuk kepada proses pembuatan, metoda merancang, produk yang dihasilkan
(rancangan), atau pun disiplin ilmu yang digunakan (disain).
Seni disain grafis mencakup kemampuan kognitif dan
keterampilan visual, termasuk di dalamnya tipografi, ilustrasi, fotografi,
pengolahan gambar, dan tata letak.
Pada tahun, Henry Cole menjadi salah seorang yang
paling berpengaruh dalam pendidikan desain di Inggris, ia meyakinkan pemerintah
tentang pentingnya desain dalam sebuah jurnal yang berjudul Journal of Design
and Manufactures. Dia menyelenggarakan The Great Exhibition sebagai perayaan
atas munculnya teknologi industri modern dan desain bergaya Victoria.
Dari tahun 1891 sampai 1896, Percetakan William
Morris Kelmscott mempublikasikan buku karya desain grafis yang dibuat oleh
gerakan Arts and Crafts , dan membuat buku dengan desain yang lebih bagus dan
elegan untuk dijual kepada orang-orang kaya. Morris membuktikan adanya potensi
pasar untuk produk-produk desain grafis. Morris juga mempelopori pemisahan desain
grafis dari seni rupa. Karya– karya Morris dan karya dari pergerakan Private
Press secara langsung mempengaruhi Art Nouveau, dan secara tidak langsung mempengaruhi
perkembangan desain grafis pada awal abad ke 20.
Kata Desain Grafis pertama kali digunakan pada tahun
1922 di sebuah esai berjudul New Kind of Printing Calls for New Design yang
ditulis oleh William Addison Dwiggins, seorang desainer buku Amerika. Raffe's
Graphic Design, yang diterbitkan pada tahun 1927, dianggap sebagai buku pertama
yang menggunakan istilah Desain Grafis pada judulnya
Pelacakan perjalanan sejarah desain grafis dapat
ditelusuri dari jejak peninggalan manusia dalam bentuk lambang-lambang grafis
(sign & simbol) yang berwujud gambar (pictograf) atau tulisan (ideograf).
Gambar mendahului tulisan karena gambar dianggap lebih bersifat langsung dan
ekspresif, dengan dasar acuan alam (flora, fauna,landscape dan lain-lain).
Tulisan/ aksara merupakan hasil konversi gambar, bentuk dan tata aturan
komunikasinya lebih kompleks dibandingkan gambar. Belum ada yang tahu pasti
sejak kapan manusia memulai menggunakan gambar sebagai media komunikasi.
Manusia primitif sudah menggunakan coretan gambar di dinding gua untuk kegiatan
berburu binatang. Contohnya seperti yang ditemukan di dinding gua Lascaux, Perancis.
Ketika perguruan tinggi pertama kali berdiri di
Eropa pada awal milenium kedua, buku menjadi sebuah tuntutan kebutuhan yang
sangat tinggi. Teknologi cetak belum ditemukan pada masa itu, sehingga sebuah
buku harus disalin dengan tangan. Konon untuk penyalinan sebuah buku dapat memakan
waktu berbulan-bulan. Guna memenuhi tuntutan kebutuhan penyalinan berbagai buku
yang semakin meningkat serta untuk mempercepat kerja para penyalin (scribes),
maka lahirlah huruf Blackletter Script, berupa huruf kecil yang dibuat dengan
bentuk tipis-tebal dan ramping. Efisiensi dapat terpenuhi lewat bentuk huruf
ini karena ketipis-tebalannya dapat mempercepat kerja penulisan. Disamping itu,
dengan keuntungan bentuk yang indah dan ramping, huruf-huruf tersebut dapat
dituliskan dalam jumlah yang lebih banyak
diatas satu halaman buku.
B. ERA CETAK
Desain grafis berkembang pesat seiring dengan
perkembangan sejarah peradaban manusia saat ditemukan tulisan dan mesin cetak.
Pada tahun 1447, Johannes Gutenberg (1398-1468) menemukan teknologi mesin cetak
yang bisa digerakkan dengan model tekanan menyerupai disain yang digunakan di
Rhineland, Jerman, untuk menghasilkan anggur. Ini adalah suatu pengembangan
revolusioner yang memungkinkan produksi buku secara massal dengan biaya rendah,
yang menjadi bagian dari ledakan informasi pada masa kebangkitan kembali Eropa.
Tahun 1450 Guterberg bekerjasama dengan pedagang dan
pemodal Johannes Fust, dibantu oleh Peter Schoffer ia mencetak “Latin Bible”
atau disebut “Guterberg Bible”, “Mararin Bible” atau “42 line Bible” yang
diselesaikanya pada tahun 1456. Temuan Gutenberg tersebut telah mendukung
perkembangan seni ilustrasi di Jerman terutama untuk hiasan buku. Pada masa itu
juga berkembang corak huruf (tipografi). Ilustrasi pada masa itu cenderung
realis dan tidak banyak icon. Seniman besarnya antara lain Lucas Cranach dengan
karyanya “Where of Babilon”.
Johannes
Gutenberg (1398-1468)
Pada perkembangan berikutnya, Aloys Senefelder
(1771-1834) menemukan teknik cetak Lithografi. Berbeda dengan mesin cetak
Guterberg yang memanfaatkan tehnik cetak tinggi, teknik cetak lithografi
menggunakan tehnik cetak datar yang memanfaatkan prinsip saling tolak antara
air dengan minyak. Nama lithografi tersebut dari master cetak yang menggunakan
media batu litho. Tehnik ini memungkinkan untuk melakukan penggambaran secara
lebih leluasa dalam bentuk blok-blok serta ukuran besar, juga memungkinkan
dilakukannya pemisahan warna. Sehingga masa ini mendukung pesatnya perkembangan
seni poster. Masa keemasan ini disebut-sebut sebagai “The Golden Age of The
Poster”. Tokoh-tokoh seni poster tehnik lithogafi (1836-1893) antara lain Jules
Cheret dengan karya besarnya “Eldorado: Penari Riang” (1898), “La Loie Fuller:
Penari Fuller” (1897), “Quinquina Dubonnet” (1896), “Enu des Sirenes” (1899).
Tokoh -tokoh lainya antara lain Henri de Toulouse Lautrec dan Eugene Grasset.
C. PERKEMBANGAN LEBIH LANJUT
Berikut ini merupakan peristiwa-peristiwa penting di
dunia yang berperan dalam sejarah perkembangan desain grafis.
1851, The Great
Exhibition
Diselenggarakan di taman Hyde London antara bulan
Mei hingga Oktober 1851, pada saat Revolusi industri. Pameran besar ini
menonjolkan budaya dan industri serta merayakan teknologi industri dan disain.
Pameran digelar dalam bangunan berupa struktur besi-tuang dan kaca, sering
disebut juga dengan Istana Kristal yang dirancang oleh Joseph Paxton. Ilustrasi
Crystal Palace Buku optik dari Great Exhibition 1892, Aristide Bruant,
Toulouse-Lautrec. Pelukis post-Impressionist dan ilustrator art nouveau
Prancis, Henri Toulouse-Lautrec melukiskan banyak sisi Paris pada abad ke
sembilan belas dalam poster dan lukisan yang menyatakan sebuah simpati terhadap
ras manusia. Walaupun lithography ditemukan di Austria oleh Alois Senefelder
pada tahun 1796, Toulouse-Lautrec membantu tercapainya peleburan industri dan
seni. Poster Aristide Bruant
Pelukis post-Impressionist dan ilustrator art
nouveau Prancis, Henri Toulouse-Lautrec melukiskan banyak sisi Paris pada abad
ke sembilan belas dalam poster dan lukisan yang menyatakan sebuah simpati
terhadap ras manusia. Walaupun lithography ditemukan di Austria oleh Alois
Senefelder pada tahun 1796, Toulouse-Lautrec membantu tercapainya peleburan
industri dan seni. Poster Aristide Bruant
1910, Modernisme
Modernisme terbentuk oleh urbanisasi dan
industrialisasi dari masyarakat Barat. Sebuah dogma yang menjadi nafas desain
modern adalah “Form follow Function” yang di lontarkan oleh Louis
Sullivan.Symbol terkuat dari kejayan modernisme adalah mesin yang juga
diartikan sebagai masa depan bagi para pengikutnya. Desain tanpa dekorasi lebih
cocok dengan “bahasa mesin”, sehingga karya-karya tradisi yang bersifat
ornamental dan dekoratif dianggap tidak sesuai dengan “estetika mesin”.
1916, Dadaisme
Suatu pergerakan seni dan kesusasteraan (1916-1923)
yang dikembangkan mengikuti masa Perang Dunia Pertama dan mencari untuk
menemukan suatu kenyataan asli hingga penghapusan kultur tradisional dan bentuk
estetik. Dadaisme membawa gagasan baru, arah dan bahan, tetapi dengan sedikit
keseragaman. Prinsipnya adalah ketidakrasionalan yang disengaja, sifat yang
sinis dan anarki, dan penolakan terhadap hukum keindahan.
1916, De Stijl
Gaya yang berasal dari Belanda, De Stijl adalah
suatu seni dan pergerakan disain yang dikembangkan sebuah majalah dari nama
yang sama ditemukan oleh Theo Van Doesburg. De Stijl menggunakan bentuk
segi-empat kuat, menggunakan warna-warna dasar dan menggunakan komposisi asimetris.
Gambar dibawah adalah Red and Blue Chair yang dirancang oleh Gerrit Rietveld.
The Red and Blue Chair
1918,
Constructivism
Suatu pergerakan seni modern yang dimulai di Moscow
pada tahun 1920, yang ditandai oleh penggunaan metoda industri untuk menciptakan
object geometris. Constructivism Rusia berpengaruh pada pandangan moderen
melalui penggunaan huruf sans-serif berwarna merah dan hitam diatur dalam blok
asimetris. Model dari Menara Tatlin, suatu monumen untuk Komunis Internasional.
1919, Bauhaus
Bauhaus dibuka pada tahun 1919 di bawah arahan
arsitek terkenal Walter Gropius. Sampai akhirnya harus ditutup pada tahun 1933,
Bauhaus memulai suatu pendekatan segar untuk mendisain mengikuti Perang Duni
Pertama, dengan suatu gaya yang dipusatkan pada fungsi bukannya hiasan. Gedung
Bauhaus
1928-1930, Gill
Sans
Tipograper Eric Gill belajar pada Edward Johnston
dan memperhalus tipe huruf Underground ke dalam Gill Sans. Gill Sans adalah
sebuah jenis huruf sans serif dengan proporsi klasik dan karakteristik
geometris lemah gemulai yang memberinya suatu kemampuan beraneka ragam (great
versatility). Foto Eric Gill
1931, Harry Beck
Perancang grafis Harry Back ( 1903-1974) menciptakan
peta bawah tanah London (London Underground Map) pada tahun 1931. Sebuah
pekerjaan abstrak yang mengandung sedikit hubungan ke skala fisik. Beck
memusatkan pada kebutuhan pengguna dari bagaimana cara sampai dari satu stasiun
ke stasiun yang lain dan di mana harus berganti kereta. Harry Beck dan Peta
bawah tanahnya
1950s,
International Style
International atau Swiss style didasarkan pada
prinsip revolusioner tahun 1920an seperti De Stijl, Bauhaus dan Neue
Typography, dan itu menjadi resmi pada tahun 1950an. Grid, prinsip matematika,
sedikit dekorasi dan jenis huruf sans serif menjadi aturan sebagaimana
tipografi ditingkatkan untuk lebih menunjukkan fungsi universal daripada
ungkapan pribadi. Sampul buku dari Taschen
1951, Helvetica
Diciptakan oleh Max Miedinger seorang perancang dari
Swiss, Helvetica adalah salah satu tipe huruf yang paling populer dan terkenal
di dunia. Berpenampilan bersih, tanpa garis-garis tak masuk akal berdasarkan
pada huruf Akzidenz-Grotesk. Pada awalnya disebut Hass Grostesk, nama tersebut
diubah menjadi Helvetica pada tahun 1960. Helvetica keluarga mempunyai 34 model
ketebalan dan Neue Helvetica mempunyai 51 model. Sampul buku Helvetica
1960s,
Psychedelia and Pop Art
Kultur yang populer pada tahun 1960an seperti musik,
seni, disain dan literatur menjadi lebih mudah diakses dan merefleksikan
kehidupan sehari-hari. Dengan sengaja dan jelas, Pop Art berkembang sebagai
sebuah reaksi perlawanan terhadap seni abstrak. Gambar dibawah adalah sebuah
poster karya Milton Glaser yang menonjolkan gaya siluet Marcel Duchamp
dikombinasikan dengan kaligrafi melingkar. Di cetak lebih dari 6 juta
eksemplar. Poster karya Milton Glaser
1984, Émigré
Majalah disain grafis Amerika, Émigré adalah
publikasi pertama untuk menggunakan komputer Macintosh, dan mempengaruhi
perancang grafis untuk beralih ke desktop publishing ( DTP). Majalah ini juga
bertindak sebagai suatu forum untuk eksperimen tipografi. Sampul Majalah Émigré
Perbedaan
Desain Komunikasi Visual dan Seni Murni
Desain Komunikasi Visual bukan seni murni. Seorang
seniman pada bidang seni murni terkadang mempunyai penonton atau pengamat hanya
satu (seniman itu sendiri), dimana karya seni tersebut merupakan ekspresi emosi
dan perasaan dari seniman itu sendiri yang pada akhirnya bertujuan untuk
memuaskan diri seniman tersebut. Sedangkan seorang desainer komunikasi visual
menghadapi lebih dari satu pengamat yang kadangkala bisa mencapai jutaan orang,
dimana desainer itu harus dapat memahami dan menginterpretasikan permintaan
seseorang atau sekelompok orang ke dalam suatu karya desain yang pada akhirnya
bertujuan untuk memuaskan orang atau sekelompok orang itu.
Seringkali desain komunikasi visual tampak seperti
seni murni, dan sebaliknya seni murni dapat tampak seperti desain komunikasi
visual. Bahan dan teknik yang digunakan juga hampir sama, tetapi maksud dan
tujuan masing-masingnya berbeda. Seniman dan desainer, keduanya berusaha
memecahkan problem visual, tetapi seniman murni bertujuan lebih untuk memuaskan
diri; sedangkan desainer harus menggerakkan sekelompok orang untuk menghadiri
suatu acara, mengikuti petunjuk, memahami peta suatu lokasi atau membeli suatu
produk.
Desain komunikasi visual memegang peranan yang
sangat penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Kemanapun kita pergi, kita
akan menjumpai informasi-informasi yang berkomunikasi secara visual.
Tanda-tanda dan rambu-rambu lalu lintas, poster-poster promosi tentang
restoran, hotel dan lain sebagainya, semua dapat memberikan informasi kepada
pengamatnya yang terdiri dari berbagai kelompok usia dan berasal dari berbagai
kalangan dan golongan. Hal ini juga yang membedakan desain komunikasi visual
dari seni murni, di mana desain komunikasi visual harus bersifat universal
(dapat dimengerti oleh semua orang), sedangkan dalam seni murni lebih bersifat
emosional, di mana maksud dari seniman itu tidak harus dapat diartikan dan
dibaca oleh orang lain.
ELEMEN-ELEMEN
DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Untuk dapat berkomunikasi secara visual, seorang
desainer menggunakan elemen-elemen untuk menunjang desain tersebut.
Elemen-elemen yang sering digunakan dalam desain komunikasi visual antara lain
adalah tipografi, simbolisme, ilustrasi dan fotografi. Elemen-elemen ini bisa digunakan
sendiri-sendiri, bisa juga digabungkan. Tidak banyak desainer komunikasi visual
yang sangat “fasih” di setiap bidang ini, tetapi kebanyakan mempunyai kemampuan
untuk bervisualisasi. Seorang desainer komunikasi visual harus mengenal
elemen-elemen ini. Jika ia tidak dapat mengambil sebuah foto tentang kejadian
tertentu, maka ia harus tahu fotografer mana yang mampu, bagaimana mengemukakan
keinginannya dan bagaimana memilih hasil akhir yang baik untuk direproduksi. Ia
juga harus dapat membeli dan menggunakan ilustrasi secara efektif, dan
seterusnya.
a. Desain dan Tipografi
Tipografi adalah seni menyusun huruf-huruf sehingga
dapat dibaca tetapi masih mempunyai nilai desain. Tipografi digunakan sebagai
metode untuk menerjemahkan kata-kata (lisan) ke dalam bentuk tulisan (visual).
Fungsi bahasa visual ini adalah untuk mengkomunikasikan ide, cerita dan informasi
melalui segala bentuk media, mulai dari label pakaian, tanda-tanda lalu lintas,
poster, buku, surat kabar dan majalah. Karena itu pekerjaan seorang tipografer
(penata huruf) tidak dapat lepas dari semua aspek kehidupan sehari-hari. Menurut
Nicholas Thirkell, seorang tipographer terkenal, pekerjaan dalam tipografi
dapat dibagi dalam dua bidang, tipografer dan
desainer huruf (type designer). Seorang tipografer berusaha untuk
mengkomunikasikan ide dan emosi dengan menggunakan bentuk huruf yang telah ada,
contohnya penggunaan bentuk Script untuk mengesankan keanggunan, keluwesan,
feminitas, dan lain-lain. Karena itu seorang tipografer harus mengerti bagaimana
orang berpikir dan bereaksi terhadap suatu image yang diungkapkan oleh
huruf-huruf. Pekerjaan seorang tipografer memerlukan sensitivitas dan kemampuan
untuk memperhatikan detil. Sedangkan seorang desainer huruf lebih memfokuskan untuk
mendesain bentuk huruf yang baru.2 Saat ini, banyak diantara kita yang telah
terbiasa untuk melakukan visualisasi serta membaca dan mengartikan suatu gambar
atau image. Disinilah salah satu tugas seorang tipografer
untuk mengetahui dan memahami jenis huruf tertentu
yang dapat memperoleh reaksi dan emosi yang diharapkan dari pengamat yang
dituju. Dewasa ini, selain banyaknya digunakan ilustrasi dan fotografi,
tipografi masih dianggap sebagai elemen kunci dalam Desain Komunikasi Visual. Kurangnya
perhatian pada pengaruh dan pentingnya elemen tipografi dalam suatu desain akan
mengacaukan desain dan fungsi desain itu sendiri. Contohnya bila kita melihat
brosur sebuah tempat peristirahatan (resor), tentunya kita akan melihat banyak
foto yang menarik tentang tempat dan fasilitas dari tempat tersebut yang
membuat kita tertarik untuk mengunjungi tempat tersebut untuk bersantai. Tetapi
bila dalam brosur tersebut digunakan jenis huruf yang serius atau resmi
(contohnya jenis huruf Times), maka kesan santai, relax dan nyaman tidak akan
‘terbaca’ dalam brosur tersebut.
b. Desain dan Simbolisme
Simbol telah ada sejak adanya manusia, lebih dari
30.000 tahun yang lalu, saat manusia prasejarah membuat tanda-tanda pada batu
dan gambar-gambar pada dinding gua di Altamira, Spanyol. Manusia pada jaman ini
menggunakan simbol untuk mencatat apa yang mereka lihat dan kejadian yang
mereka alami sehari-hari. Dewasa ini peranan simbol sangatlah penting dan keberadaannya
sangat tak terbatas dalam kehidupan kita sehari-hari. Kemanapun kita pergi,
kita akan menjumpai simbol-simbol yang mengkomunikasikan pesan tanpa penggunaan
kata-kata. Tempat-tempat umum seperti pusat perbelanjaan, hotel, restoran,
rumah sakit dan bandar udara; semuanya menggunakan simbol yang komunikatif
dengan orang banyak, walaupun mereka tidak berbicara atau menggunakan bahasa
yang sama. Simbol sangat efektif digunakan sebagai sarana informasi untuk
menjembatani perbedaan bahasa yang digunakan, contohnya sebagai komponen dari
signing systems sebuah pusat perbelanjaan. Untuk menginformasikan letak toilet,
telepon umum, restoran, pintu masuk dan keluar, dan lain-lain digunakan simbol.
Bentuk yang lebih kompleks dari simbol adalah logo. Logo adalah identifikasi
dari sebuah perusahaan, karena itu suatu logo mempunyai banyak persyaratan dan
harus dapat mencerminkan perusahaan itu. Seorang desainer harus mengerti
tentang perusahaan itu, tujuan dan objektifnya, jenis perusahaan dan image yang
hendak ditampilkan dari perusahaan itu. Selain itu logo harus bersifat unik, mudah
diingat dan dimengerti oleh pengamat yang dituju.
c. Desain dan Ilustrasi
Ilustrasi adalah suatu bidang dari seni yang
berspesialisasi dalam penggunaan gambar yang tidak dihasilkan dari kamera atau
fotografi (nonphotographic image) untuk visualisasi. Dengan kata lain,
ilustrasi yang dimaksudkan di sini adalah gambar yang dihasilkan secara manual.
Pada akhir tahun 1970-an, ilustrasi menjadi tren dalam Desain Komunikasi
Visual. Banyak orang yang akhirnya menyadari bahwa ilustrasi dapat juga menjadi
elemen yang sangat kreatif dan fleksibel, dalam arti ilustrasi dapat
menjelaskan beberapa subjek yang tidak dapat dilakukan dengan fotografi,
contohnya untuk untuk menjelaskan informasi detil seperti cara kerja fotosintesis.
Seorang ilustrator seringkali mengalami kesulitan
dalam usahanya untuk mengkomunikasikan suatu pesan menggunakan ilustrasi,
tetapi jika ia berhasil, maka dampak yang ditimbulkan umumnya sangat besar.
Karena itu suatu ilustrasi harus dapat menimbulkan respon atau emosi yang
diharapkan dari pengamat yang dituju. Ilustrasi umumnya lebih membawa emosi dan
dapat bercerita banyak dibandingkan dengan fotografi, hal ini dikarenakan sifat
ilustrasi yang lebih hidup, sedangkan sifat fotografi hanya berusaha untuk “merekam”
momen sesaat.
Saat ini ilustrasi lebih banyak digunakan dalam
cerita anak-anak, yang biasanya bersifat imajinatif. Contohnya ilustrasi yang
harus menggambarkan seekor anjing yang sedang berbicara atau anak burung yang
sedang menangis karena kehilangan induknya atau beberapa ekor kelinci yang
sedang bermain-main. Ilustrasi-ilustrasi yang ditampilkan harus dapat
merangsang imajinasi anak-anak yang melihat buku tersebut, karena umumnya
mereka belum dapat membaca.
d. Desain dan Fotografi
Ada dua bidang utama di mana seorang desainer banyak
menggunakan elemen fotografi, yaitu penerbitan (publishing) dan periklanan
(advertising). Beberapa tugas dan kemampuan yang diperlukan dalam kedua bidang
ini hampir sama. Menurut Margaret Donegan dari majalah GQ, dalam penerbitan
(dalam hal ini majalah) lebih diutamakan kemampuan untuk bercerita dengan baik
dan kontak dengan pembaca; sedangkan dalam periklanan (juga dalam majalah)
lebih diutamakan kemampuan untuk menjual produk yang diiklankan tersebut.
4 Kriteria seorang fotografer yang dibutuhkan oleh
sebuah penerbitan juga berbeda dengan periklanan. Dalam penerbitan, fotografer
yang dibutuhkan adalah mereka yang benar-benar kreatif dalam “bercerita”,
karena foto-foto yang mereka ambil haruslah dapat “bercerita” dan menunjang
berita yang diterbitkan. Sedangkan dalam periklanan, fotografer yang dibutuhkan
adalah mereka yang kreatif dan jeli, serta mempunyai keahlian untuk
bervisualisasi. Contohnya, jika sebuah penerbit hendak menerbitkan berita
tentang perampokan, maka fotografer harus berusaha untuk mengambil foto-foto
yang dapat menunjang berita tersebut, misalnya suasana di sekitar tempat
kejadian, korban, saksi mata dan lain-lain. Jika sebuah perusahaan periklanan hendak
mempromosikan suatu parfum wanita yang berkesan anggun dan lembut, maka fotografer
harus dapat mengambil foto-foto yang menonjolkan keanggunan dan kelembutan dari
parfum tersebut, misalnya dengan latar belakang kain sutra dengan warna-warna
pastel yang berkesan lembut.
Fotografi sering dipakai selain karena permintaan
klien, juga karena lebih “representatif”. Contohnya jika sebuah majalah yang
memuat tentang wawancara dengan seorang bintang sinetron yang sedang naik daun,
maka akan digunakan foto dari bintang itu untuk menunjang desain di samping isi
berita itu sendiri. Contoh lain, untuk menggambarkan sebuah tempat berlibur dalam sebuah brosur biro perjalanan,
jika menggunakan ilustrasi hasilnya tidak akan semenarik dibandingkan dengan
foto.
Fotografi sangat efektif untuk mengesankan
keberadaan suatu tempat, orang atau produk. Sebuah foto mempunyai kekuasaan
walaupun realita yang dilukiskan kadangkala jauh dari keadaan yang sesungguhnya.
Selain itu sebuah foto juga harus dapat memberikan kejutan dan keinginan untuk bereksperimen,
misalnya dalam hal mencoba resep masakan yang baru atau tren berpakaian terbaru.
Selain elemen-elemen ini, seorang desainer perlu
mengerti tentang konsep dasar pemasaran dan hubungannya dengan visualisasi. Ia
juga perlu mempunyai kemampuan untuk bekerja dengan rapi dan tepat. Ia juga
perlu mempunyai kemampuan untuk bersosialisasi (people skills) untuk menghadapi
klien, supplier, sub kontraktor, percetakan dan lain-lain.